BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. pada
umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai
akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan
kimia dan radiasi
Terdapat perubahan epidemiologi endokarditis infektif pada saat
sekarang yang disebabkan tingkat kesehatan umum yang baik, tingkat
kesehatan gigi yang baik, pengobatan yang lebih dini dan penggunaan
antibiotic. Insidens endokarditis 10-60 kasus per 1.000.000 penduduk per
tahun diseluruh dunia dan cenderung meningkat pada usia lanjut.
Penyakit ini perlu penanganan dan pengobatan yang tepat dan sesegera
mungkin karena apabila tidak disegerkan akan mengakibatkan dampak yang
fatal.
1.2 Rumusan masalah
- Apa yang dimaksud dengan miokarditis?
- Apa etiologi dari miokarditis ?
- Apa saja faktor resiko pada pasien dengan miokarditis?
- Apa saja manifestasi klinis dari miokarditis miokarditis?
- Apa saja pemeriksaan diagnostik pada miokarditis?
- Bagaimanakah asuhan keperawatan pada miokarditis?
1.3 Tujuan
- Untuk menegetahui definisi miokarditis?
- Untuk mengetahui etiologi dari miokarditis?
- Untuk mengetahui faktor resiko pada klien dengan miokarditis?
- Untuk mengetahui manifestasi klinis dari miokarditis?
- Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaaan diagnostik pada miokarditis?
- Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada miokarditis?
1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.4.1 Mendapatkan pengetahuan tentang Miokarditis?
1.4.2 Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan Miokarditis?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah
peradangan otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen
infeksi.
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada
umumnya miokarditis disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat
sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toksik
bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis dapat disebabkan infeksi, reaksi
alergi, dan reaksi toksik. Pada miokarditis, kerusakan miokardium
disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan basil miosit. Toksin akan
menghambat sintesis protein dan secara mikroskopis akan didapatkan
miosit dengan infiltrasi lema, serat otot mengalami nekrosis hialin.
Beberapa organisme dapat menyerang dinding arteri kecil, terutama arteri
koronaintramuskular yang akan memberikan reaksi radang perivaskular
miokardium. Keadaan ini dapat disebabkan oleh pseudomonas dan beberapa
jenis jamur seperti aspergilus dan kandida. Sebagian kecil
mikroorganisme menyerang langsung sel-sel miokardium ysng menyebaban
reaksi radang. Hal ini dapat terjadi pada Toksoplasmosis gondii. Pada
trikinosis, sel-sel radang yang ditemukan terutama eusinofil (Elly
Nurachmach, 2009).
Myocardium lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan
otot jantung yang sangat khusus (Brooker, 2001). Myocarditis adalah
peradangan pada otot jantung atau miokardium. pada umumnya disebabkan
oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi
alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi
(FKUI, 1999). Myocarditis adalah peradangan dinding otot jantung yang
disebabkan oleh infeksi atau penyebab lain sampai yang tidak diketahui
(idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung
(miokardium) (Doenges, 1999). Dari pebgertian diatas dapat disimpulkan
bahwa myocarditis adalah peradangan/inflamasi otot jantung oleh berbagai
penyebab terutama agen-agen infeksi.
2.2 Etiologi Dan Klasifikasi
1) Acute isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial acute dengan etiologi tidak diketahui.
2) Bacterial myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
3) Chronic myocarditis adalah penyakit radang miokardial kronik.
4) Diphtheritic myocarditis adalah mikarditis yang disebabkan
oleh toksin bakteri yang dihasilkan pada difteri : lesi primer bersifat
degeneratiff dan nekrotik dengan respons radang sekunder.
5) Fibras myocarditis adalah fibrosis fokal/difus mikardial yang disebabkan oleh peradangan kronik.
6) Giant cell myocarditis adalah subtype miokarditis akut
terisolasi yang ditandai dengan adanya sel raksasa multinukleus dan
sel-sel radang lain, termasuk limfosit, sel plasma dan makrofag dan oleh
dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang tersebar
luas.
7) Hypersensitivity myocarditis adalah mikarditis yang
disebabkan reaksi alergi yang disebabkan oleh hipersensitivitas terhadap
berbagai obat, terutama sulfonamide, penicillin, dan metildopa.
8) Infection myocarditis adalah disebabkan oleh agen infeksius ;
termasuk bakteri, virus, riketsia, protozoa, spirochaeta, dan fungus.
Agen tersebut dapat merusak miokardium melalui infeksi langsung,
produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
9) Interstitial myocarditis adalah mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.
10) Parenchymatus myocarditis adalah miokarditis yang terutama mengenai substansi ototnya sendiri.
11) Protozoa myocarditis adalah miokarditis yang disebabkan oleh
protozoa terutama terjadi pada penyakit Chagas dan toxoplasmosis.
12) Rheumatic myocarditis adalah gejala sisa yang umum pada demam reumatik.
13) Rickettsial myocarditis adalah mikarditis yang berhubungan dengan infeksi riketsia.
14) Toxic myocarditis adalah degenerasi dan necrosis fokal serabut
miokardium yang disebabkan oleh obat, bahan kimia, bahan fisik, seperti
radiasi hewan/toksin serangga atau bahan/keadaan lain yang menyebabkan
trauma pada miokardium.
15) Tuberculosis myocarditis adalah peradangan granulumatosa miokardium pada tuberkulosa.
16) Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama oleh
enterovirus ; paling sering terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada
pasien dengan tanggap immune rendah (Dorland, 2002).
2.3 Patofisiologi
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar :
1) Invasi langsung ke miokard.
2) Proses immunologis terhadap miokard.
3) Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses miokarditis viral ada dua tahap, fase pertama (akut)
berangsung kira-kira 1 minggu (pada tikus) di mana terjadi invasi virus
ke miokardium, replikasi virus dan lisis sel. Kemudian terbentuk
neutralizing antibody dan virus akan dibersihkan atau dikurangi
jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral killer cell (sel NK).
Fase kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan
sistem imun akan diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibodi
terhadap miokardium, akibat perubahan permukaan sel yang terpajan oleh
virus. Fase ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan dan
diikuti kerusakan miokardium dan yang minimal sampai yang berat.
Enterovirus sebagai penyebab miokarditis viral juga merusakkan
sel-sel endotel dan terbentuknya antibodi endotel, diduga sebagai
penyebab spasme mikrovaskular. Walaupun etiologi kelainan mikrovaskular
belum pasti, tetapi sangat mungkin berasal dari respon imun atau
kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan
proses berulang antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan
larutnya matriks miokardium dan habisnya otot jantung secara fokal
menyebabkan rontoknya serabut otot, dilatasi jantung, dan hipertrofi
miosit yang tersisa. Akhirnya proses ini mengakibatkan habisnya
kompensasi mekanis dan biokimiawi yang berakhir dengan payah jantung
(Elly Nurachmach, 2009).
2.4 Gejala Klinis
- Letih
- Napas pendek
- Detak jantung tidak teratur
- Demam
Gejala-gejala lain karena gangguan yangmendasarinya (Griffith, 1994).
a) Menggigil
b) Demam
c) Anoreksia
d) Nyeri dada
e) Dispnea dan disritmia.
f) Tamponade
g) ferikardial/kompresi (pada efusi perikardial)
2.5 Komplikasi
- Kardiomiopati kongestif/dilated.
- Payah jantung kongestif.
- Efusi perikardial.
- AV block total.
- Trombi Kardiac
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
- Laboratorium : leukosit, LED, limfosit, LDH.
- Elektrokardiografi.
- Rontgen thorax.
- Ekokardiografi.
- Biopsi endomiokardial.
2.7 Penatalaksanaan
- Perawatan untuk tindakan observasi.
- Tirah baring/pembatasan aktivitas.
- Antibiotik atau kemoterapeutik.
- Pengobatan sistemik supportif ditujukan pada penyakti infeksi sistemik.
- Antibiotik.
- Obat kortikosteroid.
- Jika berkembang menjadi gagal jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi ciaran ; digitalis untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah pembentukan bekuan.
- Terapi komplikasi : alat pacu jantung (blok total)
2.8 Prognosis
- Sebagian cepat sembuh cepat, kadang jadi kronis.
- Prognosis buruk bila :
1) Umur muda, sering mati mendadak
2) Bentuk akut fulminan karena virus atau difteri
3) Miokarditis yang sangat progresif
4) Bentuk kronis yang berlanjut menjadi kardiomiopati
5) Penyakit chaga.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
a. Keluhan utama
- Demam
- Nyeri dada mirip angina pectoris dan perikarditis
- Palpitasi
- Sesak napas
b. Tanda Penting
- Takikardi
- Kardomegali (cepat terjadi)
- Bunyi jantung melemah
- Irama gallopTanda-tanda gagal jantung, terutama gagal jantung kanan.
Pengkajian pasien myocarditis (Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
Aktivitas / istirahat
Gejala : kelelahan, kelemahan.
Tanda : takikardia, penurunan tekanan darah, dispnea dengan aktivitas.
Pernapasan
Gejala :napas pendek (napas pendek kronis memburuk pada malam hari).
Tanda :DNP (dispnea nocturnal paroxismal) ; batuk, inspirasi mengi ; takipnea, krekels, dan ronkhi ; pernapasan dangkal.
Sirkulasi
Gejala :riwayat demam rematik, penyakit jantung congenital, bedah jantung, palpitasi, jatuh pingsan.
Tanda :takikardia, disritmia, perpindaha titik impuls maksimal,
kardiomegali, frivtion rub, murmur, irama gallop (S3 dan S4), edema,
DVJ, petekie, hemoragi splinter, nodus osler, lesi Janeway.
Eliminasi
Gejala : riwayat penyakit ginjal/gagal ginjal ; penurunan frekuensi/jumlsh urine.
Tanda : urin pekat gelap.
Nyeri
Gejala :nyeri seperti tertimpa beban bert dan terasa terbakar
Tanda : perilaku distraksi, misalnya gelisah.
Keamanan
Gejala :riwayat infeksi virus, bakteri, jamur (miokarditis ; trauma
dada ; penyakit keganasan/iradiasi thorakal ; dalam penanganan gigi ;
pemeriksaan endoskopik terhadap sitem GI/GU), penurunan system immune,
SLE atau penyakit kolagen lainnya.
Tanda :demam.
3.2 Pemeriksaan Khusus
a. Pemeriksaa EKG :Tidak khas
- ST-T changes inferior
- Gangguan konduksi jantung
- Foto Toraks :Tidak khas
- Pembesaran jantung dengan efusi perikard atau pleura.
- Ekokardiografi :
- Pembesaran jantung kiri
- Dapat di bedakan dengan kardiomiopati hipertrofi dan mitral stenosis.
3.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang
nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi miokardium, efek-efek sistemik dari infeksi, iskemia jaringan.
2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
degenerasi otot jantung, penurunan/kontriksi fungsi ventrikel.
3. Infeksi berhubungan dengan penyebaran agen infeksius
4. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penrunan cardiac output.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasi dan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, rencana
pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan/daya ingat,
mis-intepretasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal
diagnosa.
3.4 Intervensi
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa
keperawatan.
Intervensi dan implementasi keperawatan yang muncul pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999).
1. Nyeri
Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol.
Kriteria Hasil : - Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
Intervensi :
- Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (agen nonsteroid : aspirin, indocin ; antipiretik ; steroid).
R : dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi, menurunkan demam ; steroid diberikan untuk gejala yang lebih berat. - Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menurunkan beban kerja jantung - Berikan lingkungan yang tenang dan tindakan kenyamanan misalnya ;
perubahan posisi, gosokkan punggung, penggunaan kompres hangat/dingin,
dukungan emosional.
R : tindakan ini dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional pasien. - Berikan teknik distraksi yang tepat
R : mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu. - Menitoring keluhan nyeri dada dan faktor pemberat atau penurun. Perhatikan petunjuk nonverbal dari ketidaknyamanan, misalnya ; berbaring dengan diam/gelisah, tegangan otot, menangis.
R : pada nyeri ini memburuk pada inspirasi dalam, gerakkan atau berbaring dan hilang dengan duduk tegak/membungkuk.
2. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung
Tujuan : Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
Kriteria Hasil : -Melaporkan/menunjukkan penurunan periode dispnea, angina, dan disritmia.
-Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi :
- Pertahankan tirah baring dalam posisi semi-Fowler.
R : menurunkan beban kerja jantung, memaksimalkan curah jantung. - Memberikan tindakan kenyamanan misalnya ; perubahan posisi, gosokkan
punggung, dan aktivitas hiburan dalam tolerransi jantung.
R : meningkatkan relaksasi dan mengarahkan kembali perhatian. - Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, seperti digitalis, diuretik.
R : dapat diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan meurunkan beban kerja jantung.
- Kolaborasi pemberian antibiotik/antimikrobial intervena
R : diberikan untuk mengatasi patogen yang teridentifikasi dan mencegah kerusakan jantung yang lebih lanjut.
- Memantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal. Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas. - Auskultasi bunyi jantung. Perhatikan jarak/muffled tonus jantung, murmur, gallop S3 dan S4.
R : memberikan deteksi dini dari terjadinya komplikasi misalnya : GJK, tamponade jantung.
3. Resiko infeksi b.d penyebaran agen infeksius
Tujuan: Tidak terjadi penyebaran infeksi
Kriteria hasil: -Suhu tubuh normal, 36,5-37 C
Nilai WBC normal 3800–9800/mcl
Intervensi:
- Kolaborasi pemberian antibiotik
R/ Antibiotik untuk mengurangi agen infeksius
- Melakukan tes darah lengkap memantau nilai granulosit dan WBC
R/ untuk mengetahui nilai WBC dan granlosit sebagai indikator adanya infeksi
- Observasi tanda-tanda vital
R/ Memantau perkembangan kondisi pasien dan melakukan tindakan selanjutnya
4. Intoleransi aktivitas
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria hasil :- Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
-Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Intervensi :
- Bantu pasien dalam program latihan progresif bertahap sesegera
mungkin untuk turun dari tempat tidur, mencatat respons tanda vital dan
toleransi pasien pada peningkatan aktivitas.
R : saat inflamasi/kondisi dasar teratasi, pasien mungkin mampu melakukan aktivitas yang diinginkan, kecuali kerusakan miokard permanen/terjadi komplikasi. - Mengkaji respons pasien terhadap aktivitas. Perhatikan adanya
perubahan dan keluhan kelemahan, keletiahan, dan dispnea berkenaan
dengan aktivitas.
R : miokarditis menyebabkan inflamasi dan kemungkinan kerusakan fungsi sel-sel miokardial. - Pertahankan tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi.
R : meningkatkan resolusi inflamasi selama fase akut. - Kolaborasi pemberian oksigen suplemen sesuai indikasi.
R : memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk menmgimbangi konsumsi oksigen yang terjadi dengan aktifitas - Meantau frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan setelah aktivitas dan selama diperlukan.
R : membantu menentukan derajat dekompensasi jantung dan pulmonal.Penurunan TD, takikardia, disritmia, dan takipnea adalah indikatif dari kerusakan toleransi jantung terhadap aktivitas.
5. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan cardiac output.
Tujuan : Gangguan perfusi jaringan teratasi dalam waktu 3x24 jam.
Kriteria Hasil : - RR 30-60 x/mnt
-Nadi 120-140 x/mnt.
-Suhu 36,5-37 C
-Sianosis (-)
-Ekstremitas hangat
Intervensi:
- Beri oksigen sesuai kebutuhan
R/ Membantu meningkatkan cardiac output
- Observasi frekuensi dan bunyi jantung
R/ Frekuensi dan bunyi jantung yang normal mengindikasikan aliran darah lancar yang berarti perfusi jaringan kembali normal.
- Observasi adanya sianosis.
R/ adanya sianosis atau kebiruan menunjukkan adanya gangguan perfusi jaringan.
- Observasi TTV.
R/ Memantau perkembangan kondisi pasien
- Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
R/ Meningkatkan cardiac output
6. Kurang pengetahuan
Tujuan : menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
Kriteria hasil : -Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
-Memperlihatan perubahan perilaku untuk mencegah komplikasi.
Intervensi :
- Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
R : Perasaan sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit. - Jelaskan efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien.
Ajarakkn untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan
komplikasi/berulangnya dan gejala yang dilaporkan dengan segera pada
pemberi perawatan, contoh ; demam, peningkatan nyeri dada yang tak
biasanya, peningkatan berat badan, peningkatan toleransi terhadap
aktivitas.
R : untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan sendiri, pasien perlu memahami penyebab khusus, pengobatan dan efek jangka panjang yang diharapkan dari kondisi inflamasi, sesuai dengan tanda/gejala yang menunjukan kekambuhan/komplikasi. - Anjurkan pasien/orang terdekat tentang dosis, tujuan dan efek
samping obat; kebutuhan diet ; pertimbangan khusus ; aktivitas yang
diijinkan/dibatasi.
R : informasi perlu untuk meningkatkan perawatan diri, peningkatan keterlibatan pada program terapeutik, mencegah komplikasi. - Kaji ulang perlunya antibiotic jangka panjang/terapy antimicrobial.
R : perawatan di rumah sakit lama/pemberian antibiotic IV/antimicrobial perlu sampai kultur darah negative/hasil darah lain menunjukkan tak ada infeksi.
3.5 Evaluasi
Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan
untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan.
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan myocarditis (Doenges, 1999) adalah :
1. Nyeri hilang atau terkontrol
2. Mengidentifikasi perilaku untuk menurunkan beban kerja jantung.
3. Tidak ada infeksi sistemik
4. Perfusi jaringan perifer kembali normal
5. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
6. Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen pengobatan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Miokarditis jarang didapat pada saat puncak penyakit
infeksinya karena akan tertutup oleh manifestasi sistemis penyakit
infeksi tersebut dan baru jelas pada fase pemulihan. Bentuk ini umumnya
sembuh dengan sendirinya, tetapi sebagian berlanjut menjadi bentuk
kardiomiopati dan ada juga yang menjadi penyebab aritmia, gangguan
konduksi atau payah jantung yang secara struktural dianggap normal.
Sebagian besar keluhan klien tidak khas, mungkin didapatkan rasa
lemah, berdebar-debar, sesak napas, dan rasa tidak enak di dada. Nyeri
dada biasanya ada bila disertai perikarditis. Kadang-kadang didapatkan
rasa nyeri yang menyerupai angina pektoris. Gejala yang paling sering
ditemukan adalah takikardia yang tidak sesuai dengan kenaikan suhu.
Kadang-kadang didapatkan hipotensi dengan nadi yang kecil atau dengan
gangguan pulsasi.
4.2 Saran
Sebagai perawat harus selalu sigap dalam penanganan
penyakit myocarditis karena akan menjadi fatal jika terlambat
menanganinya. Selain itu perawat juga memberi health education kepada
klien dan keluarga agar mereka faham dengan myocarditis dan bagaimana
pengobatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008.Inefective Endocarditis. Diakses dari : www.satriaperwira.wordpress.com Pada : 6 Desember 2010. Pukul: 11.00 WIB.
Baswin,Ade.2009.Endokarditis. Diakses dari : www.one.indoskripsi.com Pada : 5 Desember 2010. Pukul : 19.00 WIB.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wulandari,Veni.2009.Endokarditis. Diakses dari : www.veniwulandari.blogspot.com Pada : 5 Desember 2010. Pukul : 20.00 WIB.
Medika,Yasir.2009.Askep Endokarditis. Diakses dari: www.yasirblogspotcom.blogspot.com Pada : 8 Desember 2010. Jam : 19.30 WIB.
Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Patriani.2008.Askep Miokasrditis. Diakses dari : www.asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com Pada : 6 Desember 2010. Pukul 18.30 WIB.
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba.
Yuflihul-khair.2010.Endokarditis. Diakses dari : www.yuflihul-khair.blogspot.com Pada : 8 Desember 2010. Pukul : 19.00 WIB.
Nonik.2010.All About Nursing. Diakses dari : www.nerstitis.blogspot.com Pada : 13 Desember 2010. Pukul : 16.15 WIB.